Feeds:
Pos
Komentar

Archive for Oktober, 2007

 

Read Full Post »

LAW OF EXPECTATIONS

Despite these institutional changes, there has of yet been little hard evidence to dispel the notion that they will not result in any meaningful change. There is a deep-seated suspicion that each new administration comes to power promising reform, but that politics and vested interests triumph over reform.

An important element in overcoming this suspicion and securing needed public support for institutional reform is greater transparency and inclusion of civil society in reform efforts. Again, we have some experience indicating movement in the right direction. For example, the government of Panama invited TI to participate in the oversight of the privatization of the state-owned telecommunications system. The City of Buenos Aires has agreed to work with TI in providing civil society oversight of the contracting for construction of an extension of the subway system. But, there is still inadequate inclusion of civil society on a regular basis in government processes of policy formulation and decision-making. There is still inadequate access to information on a timely basis.

The OAS has played an important role in promoting greater public participation. They have made a place at the table for civil society at many of their meetings and workshops that will hopefully encourage similar inclusiveness of civil society in the discussion and design of national anti-corruption programs at the country level.

Advertisement

The OAS has also promoted implementation of the OAS Anti– Corruption Convention through national workshops. These workshops are useful first steps in raising public awareness about the Convention and providing expertise. Unfortunately, there is no OAS institutional mechanism to ensure continuity, and to follow-up on a regular basis, of how countries are proceeding with implementation.

The Inter-American Development Bank (IDB) has also made a significant contribution by adopting revised procurement guidelines with strong anti-corruption elements. It has also agreed to permit borrowers to require anti-bribery undertakings in bank-financed projects and it is supporting a wide range of in-country programs to improve governance.

III. RECOMMENDATIONS FOR MATCHING EXPECTATIONS TO REALITY

This overview of some of the reforms that are underway reflects the considerable progress that has been made in just a few years, particularly for those who have viewed corruption as too pervasive and entrenched to overcome. But, there are those who continue to doubt the effectiveness of legal remedies to change entrenched practices and vested interests.

There must be hard evidence of meaningful reform in the short– term and, as Mack McLarty put it, “sustained engagement” so that by the Canada Summit in 2001 we have aligned expectations with reality-or reality to expectations. I would like to conclude with a few recommendations as to next steps to help reach that goal.

Read Full Post »

SEMPURNA

Read Full Post »

SELAMANYA CINTA

Read Full Post »

DON’T KNOW WHY

Read Full Post »

MEMORIES

Read Full Post »

Judulnya agak terlalu kejam. Mohon maaf Bapak, Ibu, dan Saudara yang budiman, sebab saya punya alasan. Untuk setiap kegagalan dan keterpurukan, memang diperlukan perlakuan yang istimewa. Jika jatuhnya dalam, maka perlu waktu lama untuk sampai kembali ke bibir jurang. Jika tenggelamnya sampai ke dasar, maka butuh energi besar untuk kembali ke permukaan.

Berkaitan dengan kegagalan dan keterpurukan, kata-kata bisa menjadi penyemangat, atau malah jadi racun yang lebih mematikan. Ia bisa membangkitkan, atau malah bisa fatal karena terlanjur disuntikkan.

DARI SETBACK MENJADI COMEBACK

Tips berikut ini berasal dari materi oleh Herbert Gordon. Isinya tentang bagaimana sebuah kebangkitan bisa diciptakan, setelah terlanjur jatuh dan terpuruk. Anda mungkin pernah mengalaminya. Anda mungkin akan mengalaminya. Anda mungkin sedang mengalaminya. Ingatlah baik-baik tips ini, agar Anda bisa segera bangkit kembali, tak terlalu lama setelah terpuruk dan jatuh.

IDENTIFIKASI APA YANG BISA ANDA KONTROL DAN YANG TIDAK

Buatlah dua buah daftar atau inventori, yang satu berisi berbagai hal yang bisa Anda kontrol, dan yang satu lagi berisi hal-hal yang tidak bisa Anda kontrol. Berbagai hal itu, adalah segala sesuatu yang (mestinya) bisa membantu Anda mencapai kesuksesan atau keberhasilan.

Ingatlah bahwa sebagian besar “sebab” pada dasarnya bisa Anda kontrol, dan sebagian besar “akibat” memang tidak bisa Anda kontrol.

Misalnya, berlatih olahraga bulutangkis sekeras mungkin, atau melakukan prospecting penjualan asuransi sebanyak mungkin, berada dalam kontrol Anda.

Tapi, menjadi juara pertama dalam olahraga bulutangkis dengan segala kualifikasinya, atau mencapai omzet penjualan asuransi terbesar se-Indonesia, adalah di luar kontrol Anda.

Jika sesuatu berada di dalam kontrol Anda, Anda boleh menyesal karena tidak memaksimalkannya. Sebaliknya, jika sesuatu tidak berada di dalam kontrol Anda, maka Anda harus mau merelakannya.

Lakukanlah inventori dan identifikasi ini dengan obyektif dan tidak terjebak pada blame game.

DARI BITTER MENJADI BETTER

Jika Anda seperti kebanyakan orang lain, maka ketahuilah bahwa kritikus paling ulung bagi diri Anda, adalah diri Anda sendiri. Kata-kata dan pikiran Anda, sering Anda jadikan cambuk yang terus memecut perasaan Anda. Keduanya, berubah menjadi kata buruk dan pikiran buruk. Lebih buruk lagi, atas kata dan pikiran buruk itu, Anda pecut lagi dengan kata buruk dan pikiran buruk berikutnya. Demikian seterusnya. Bagaimanakah buruknya perasaan Anda karena semua itu?

“Ah, saya gagal lagi.”
“Saya memang bodoh.”
“Ya gusti… mengapa saya kok bodoh sekali.”

You feel bad about feel bad.

Lupakan apa pun yang tak bisa Anda kontrol. Dan jika Anda menemukan ada hal yang (mestinya) bisa Anda kontrol, segeralah meng-assess pikiran dan perasaan Anda saat itu juga.

“Ya, Elu enak aja Pak Sopa bisa ngomong gitu. Pan Gua nyang ngalamin! Elu kagak!”

Ya. Anda benar. Dan satu-satunya sebab bahwa Anda tidak bisa mengganti ungkapan itu dengan sesuatu yang lebih positif, adalah karena Anda memang tidak mencoba menggantinya. Anda, hanya mengungkapkan apa yang Anda rasakan. Mulai sekarang, cobalah untuk menggantinya dengan yang lebih positif. Itulah yang akan membuat Anda mampu bangkit.

Saat pikiran negatif mulai berseliweran di kepala Anda, segeralah terapkan pada diri Anda sendiri sebuah teknik yang disebut dengan “Hapus dan Ganti”. Ucapkan “Hapus dan Ganti” itu dengan tegas kepada diri Anda sendiri.

“Saya memang bodoh.”
“Hapus itu. Ganti dengan…”

Lanjutkan kalimat itu dengan:

“Saya telah gagal dan salah. Sekarang saya tahu yang lebih baik, maka saya akan melakukan yang lebih baik.”

JANGAN HUKUM ORANG YANG TAK BERSALAH

Willie Jollie pernah mengatakan “the past is a place of reference; not a place of residence.” Kebanyakan orang yang jatuh dan terpuruk, secara bertubi-tubi menghukum diri mereka sendiri. Mereka membiarkan dirinya bertempat tinggal di masa lalu.

Mungkin saja Anda masih menyesali dan menangisi, apapun kesalahan yang telah terlanjur terjadi di masa lalu. Kesalahan kemarin, kegagalan minggu lalu, jatuhnya bisnis setengah tahun lewat, hancurnya hidup Anda dua tahun belakangan, dan seterusnya. Dan Anda, mungkin masih melanjutkan penghukuman pada diri sendiri sampai dengan hari ini.

Ketahuilah, Anda telah menghukum orang yang salah.

Ketahuilah, Anda yang kemarin dan Anda hari ini adalah dua manusia yang berbeda. Anda yang lalu telah gagal dan bersalah, tapi Anda yang hari ini telah berhasil belajar dan berubah. Anda yang hari ini adalah korban tak berdosa. Ia sama sekali tidak bersalah. Dan jika Anda tetap menghukumnya, maka Anda telah semena-mena.

Jangan hukum orang yang tak bersalah.

Jika Anda telah mengatakan “Sekarang saya tahu yang lebih baik, dan saya akan melakukan yang lebih baik”, maka berilah maaf pada diri Anda yang hari ini. Itulah yang lebih baik, yang akan membuat segalanya menjadi lebih baik.

Bagaimana jika Anda yang di masa lalu masih dihukum oleh orang lain? Ingatlah bahwa…

PENDAPAT ORANG TIDAK HARUS MENJADI REALITAS ANDA

Anda yang sekarang adalah bukan Anda yang lalu. Anda yang sekarang adalah Anda yang telah berhasil belajar dari masa lalu.

Maka jika orang lain melewatkan kesempatan untuk memanfaatkan apa yang Anda punya hari ini, jika mereka melupakan kemampuan Anda sekarang, jika mereka tak memandang keahlian dan bakat Anda saat ini, jika mereka meremehkan kehebatan Anda kini, ketahuilah, bahwa merekalah yang telah merugi, dan Anda tidak sama sekali.

Apa yang perlu Anda katakan kepada diri Anda sendiri adalah “Beberapa akan, beberapa tidak akan, so what, next.”

“Beberapa kesempatan dan peluang akan terbuka untuk saya. Beberapa mungkin tidak. So what. Apa berikutnya?”

Teruslah bergerak. Mengapa? Sebab…

GAGAL TIDAKLAH PERMANEN KECUALI ANDA BERHENTI

Berita jelek: Sukses tidak permanen. Setelah Anda mencapainya, Anda harus terus berupaya agar tetap di sana.
Berita bagus: Gagal juga tidak permanen, kecuali seseorang memutuskan untuk berhenti.

Berhentilah sebentar saja untuk melakukan evaluasi. Gunakanlah kembali prinsip-prinsip dalam tips ini. Kemudian, fokuslah pada kesempatan dan peluang berikutnya yang sudah mengantri di hadapan Anda.

Next please!

KESEMPATAN BARU MENYEMBUHKAN LUKA LAMA

Inilah pentingnya terus bergerak. Sebab setiap kesempatan baru yang Anda songsong, sangat berpeluang menjadi obat. Coba Anda resapi puisi yang saya buat untuk Anda hari ini.

Seseorang telah terluka

Segera setelah ia mengalami, duduklah ia terdiam
di pojok gelap menyendiri merasakan perihnya

Tak lama kemudian, mulailah ia menjilati lukanya,
berharap ia sembuh segera

Terus ia lakukan dengan penuh harap di bawah bayang-bayang sisa kepedihannya

Setelah waktu berlalu, seseorang kemudian datang membuka pintu
Cahaya terang menerobos menyiram bekas lukanya

Ia mengajak, mari keluar mari bermain
Ayo kita temui seseorang, dan kita bersenang-senang

Just like that
and the fun begins again!


Hal yang persis sama, bisa juga bekerja untuk kegagalan dan keterpurukan Anda. Jangan hanya duduk terdiam dan menjilati luka. Tataplah sekeliling Anda untuk berbagai kesempatan dan peluang baru.

KESIMPULAN

Jadi bagaimana, masihkah Anda mau menggeletak terkapar di tempat becek dan basah di bawah situ? Atau marilah sambut tangan saya, mari bangkit bersama menyongsong segala kesempatan baru!

Ayolah, sebelum saya terlanjur berpikir lebih jauh untuk menyuntik mati saja Anda.

Saya Ingin Anda Sukses,
Saya Harus Membuat Anda Sukses.

Ikhwan Sopa
Trainer E.D.A.N.
021-70096855
ikhwan dot sopa at gmail dot com

Read Full Post »

Manusia merupakan makhluk Allah yang cepat atau lambat akan mati dan kembali kepada-Nya. Akan sangat bahagia, apabila di akhirat kelak bisa ditempatkan pada posisi yang dekat kepada Allah Swt. dengan berbagai kenikmatan yang belum pernah dirasakannya di

dunia ini. Agar kita menjadi hamba Allah yang dekat kepada-Nya dalam kehidupan di akhirat nanti, maka dalam kehidupan di dunia ini kita juga harus dekat kepada Allah. Itulah sebabnya di dalam Islam ada perintah kepada kita untuk melakukan apa yang disebut dengan “upaya mendekatkan diri kepada Allah Swt.”, yang dalam bahasa agama dikenal dengan “Taqarrub ila Allah”. Sebenarnya Allah Swt. sendiri telah menyatakan bahwa Dia dekat kepada manusia, sebagaimana firman-Nya dalam QS. Al-Baqarah (2): 186:

وإذا سألك عبادى عنى فإنى قريب

“Dan Apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu [wahai Muhammad] tentang Aku, maka [jawablah] bahwa Aku dekat”. Oleh karena Allah begitu dekat dengan manusia, maka apa pun yang dilakukan oleh manusia, Dia mengetahuinya. Bahkan, Dia mengetahui apa yang ada di langit dan di bumi. Allah berfirman dalam QS. Al-Mujadalah (58): 7:

“Tidakkah kamu perhatikan bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi? Tiada pembicaraan rahasia antara tiga orang, melainkan Dia-lah yang keempatnya. Dan tiada [pembicaraan antara] lima orang, melainkan Dia-lah yang keenamnya. Dan tiada [pula pembicaraan antara jumlah] yang kurang dari itu atau lebih banyak, melainkan Dia ada bersama mereka, di mana pun mereka berada. Kemudian, Dia akan memberitakan kepada mereka pada hari kiamat apa yang telah mereka kerjakan. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu”.

Meskipun Allah Swt. telah menyatakan bahwa Dia dekat dengan manusia, tetapi dalam hidup ini begitu banyak manusia yang merasa jauh dari Allah, sehingga tidak merasa diawasi oleh-Nya dan berani menyimpang dari jalan-Nya, serta melanggar ketentuan-ketentuan-Nya.

Agar manusia bisa dekat kepada-Nya, maka Allah mendidik manusia dengan sejumlah peribadatan, mulai dari wudhu, shalat, hingga haji. Semua itu mendidik manusia dalam upaya mendekatkan diri kepada Allah Swt. Di dalam shalat misalnya, tidak ada manusia yang berani mengurangi jumlah rakaatnya, atau malah tidak wudhu’ meskipun tidak ada orang yang mengontrolnya. Begitu juga saat puasa, tidak ada yang berani berbuka bukan pada waktunya, atau mengurangi jumlah bilangan thawaf dalam ibadah haji. Hal ini dilakukan karena manusia merasa tidak akan sah ibadah yang dilakukannya, padahal sah atau tidaknya hanya Allah yang tahu dan menentukannya. Dari sinilah manusia dididik untuk merasa diawasi oleh Allah Swt.

Paling tidak, ada tiga nilai penting atau pengaruh positif dari upaya mendekatkan diri kepada Allah Swt, yaitu: Pertama, memiliki ketenangan dan ketenteraman jiwa. Sebab, dengan dekatnya seseorang kepada Allah, dia selalu merasa diawasi oleh Allah, sehingga dia tidak berani menyimpang dari jalan Allah. Dia juga menjadi yakin bahwa Allah pasti mengetahui segala masalah atau persoalan yang dihadapinya. Dan, kepada orang yang bertakwa kepada-Nya, Allah telah berjanji akan senantiasa memberikan pertolongan, baik dalam bentuk jalan keluar dari permasalahan yang dihadapi, memberikan rezeki yang tak terduga, maupun kemudahan dalam menyelesaikan segala urusannya. Dengan janji ini, seseorang yang dekat kepada Allah tidak akan risau terhadap kesulitan yang dihadapi dan tidak akan bingung dalam melaksanakan tugas-tugas berat. Kedekatan ini juga membuat seseorang senantiasa membiasakan diri untuk berzikir kepada Allah Swt., sehingga dengan zikir itu hatinya menjadi tenang dan tenteram (QS. Ar-Ra’d [13]: 28).

Kedua, tidak akan berani menyimpang dari jalan dan ketentuan Allah. Karena dengan dekatnya seseorang kepada Allah, dia menyadari bahwa apapun yang dilakukannya di dunia pasti dalam pengawasan-Nya. Allah mengetahui sekecil apa pun perbuatannya. Apalagi, Allah selalu menempatkan malaikat yang menyertai dan mengawasi manusia guna mencatat segala amalnya, mulai dari niat, ucapan, hingga perbuatannya. Allah berfirman dalam QS. Qaf (50): 17-18:

إِذْ يَتَلَقَّى الْمُتَلَقِّيَانِ عَنِ الْيَمِيْنِ وَعَنِ الشِّمَالِ قَعِيْدٌ . مَا يَلْقِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلاَّ لَدَيْهِ رَقِيْبٌ عَتِيْدٌ .

“[Yaitu] ketika dua malaikat mencatat amal perbuatannya, yang satu duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri. Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir”.

Apa yang telah dicatat oleh malaikat dan diawasi oleh Allah atas perbuatan manusia, maka dia harus berani mempertanggungjawabkannya. Sehingga, manakala di dunia dia berbuat baik, maka kebahagiaan akan diperolehnya, dan bila dia berbuat buruk, maka kesengsaraan harus dirasakannya.

Ketiga, bertanggungjawab terhadap tegaknya nilai-nilai Islam. Perjuangan menegakkan ajaran Islam di muka bumi ini merupakan keharusan yang mesti ditunaikan oleh setiap manusia sesuai dengan kemampuan dan kapasitasnya masing-masing. Kedekatan diri kepada Allah akan membuat seseorang merasa terkontrol langsung oleh Allah. Sehingga, kalau perjuangan itu tidak dilaksanakan, membuatnya dinilai sebagai orang yang tidak konsekuen dengan keislamannya. Dari sinilah lahir sikap bertanggungjawab terhadap tegaknya nilai-nilai Islam, yang pada gilirannya membuat seseorang selalu berusaha dan berjuang dalam penegakkan ajaran Islam itu sendiri, meskipun hanya seorang diri. Karena itu, Allah menegaskan tentang perbedaaan antara orang yang berjihad dengan orang yang tidak berjihad dalam firman-Nya (QS. Al-Nisa’ [4]: 95):

“Tidaklah sama antara orang mukmin yang duduk [tidak turun berperang], yang tidak mempunyai uzur, dengan orang yang berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwa mereka”.

Dengan demikian, menjadi sangat jelas bagi kita bahwa mendekatkan diri kepada Allah Swt. merupakan sesuatu yang amat penting dalam kehidupan masyarakat muslim. Sebab, tanpa itu, tidak mungkin akan terjadi kehidupan yang sebaik-baiknya. Oleh karena itu, hendaklah segenap manifestasi aktifitas kita, baik dalam ibadah ritual (mahdah) maupun sosial (mu’amalah), ditujukan dalam rangka “mendidik diri kita untuk selalu dekat kepada Allah Swt.”, sebagaimana firman-Nya dalam QS. Al-An’am (6): 163:

“Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup, dan matiku hanyalah untuk [pengabdian dan kedekatan diriku dengan] Allah, Tuhan semesta alam, tiada sekutu bagi-Nya. Dan, demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)”.

Dengan senantiasa berusaha mendekatkan diri kepada Allah Swt, maka dengan sendirinya Allah pun akan mendekati kita. Kalau Allah sudah dekat dengan kita, maka kita pun akan merasa aman dan tenteram dalam kehidupan kita. Beribadahpun kita menjadi sangat nikmat. Tidak ada rasa malas, apalagi mau menyimpang dari ajaran agama Allah, karena dengan sendirinya Allah membantu kita untuk tidak menjadi orang-orang malas. Selain itu, Allah jualah yang akan menjaga hati kita dalam beribadah. Semoga kita semua menjadi bagian dari mereka yang memperoleh kesempatan sebagai hamba yang senantiasa mendekatkan diri kepada-Nya. Baraka Allahu li wa lakum, Amin ya Rabb al-‘Alamin.
Sumber :
Ditulis oleh Dr. Muhammadiyah Amin.

Read Full Post »